Sunday, December 19, 2010

Rayuan Gombal 2

Halooo, gue kembali lagi, nah di post ini gue akan ngepost lanjutan rayuan gombal, tapi gue mau nambah 15 aja yaaaaa, selamat menikmati!
  1. Dulu aku pernah nemuin nama kamu di kamus, sekarang aku cari lagi kok ga ada, ternyata kamu cuma ada di kamus hatiku
  2. Kalo aku lomba terbang lawan superman, dia pasti kalah, lah orang finishnya di pikiranmu
  3. Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara, otak untuk berpikir, hati untuk mengatur semua yang tadi aku sebutin hanya buat kamu
  4. Kalo pacaran sama kamu sih irit, ke warung padang dapet teh tawar gratis terus ngeliat kamu jadi teh manis deh
  5. Aduh, aku salah ngasih info ke BMG, kirain tadi gempa 18.0 SR ternyata hatiku yang bergetar ngeliat kamu datang
  6. Kalo ada perlombaan lompat indah antar hati, hati aku udah menang asal ada kamu di dekatku
  7. Aku mau jadi penyelam, supaya bisa menyelam ke dalam lautan cintamu
  8. Buku Campbell-ku 3 jilid kalah tebel sama sejarah tentang cinta kita
  9. Kalo aku jadi presiden, aku mau mengeluarkan dekrit pertamaku untuk memerintah kamu jadi milikku
  10. Wajah kamu udah dipasang short cut di pikiranku, jadi ga perlu waktu lama untuk membayangkan rupamu
  11. Bayangan dirimu udah aku jadiin screensaver yang muncul setelah 3 detik saat pikiranku kosong
  12. Pada hari libur biasanya aku merindukanmu, tetapi ternyata tanggal di kalenderku warnanya merah semua
  13. Pada hari ulangtahunku ada yang ga tau diri ngirim hadiah ga dibungkus tapi sialnya hadiah itu bikin aku tergila-gila yaitu kamu
  14. Walaupun tak seterang kembang api, sesakti kembang 7 rupa, seenak kembang kol, seindah kota kembang, semanis kembang gula ataupun secantik kembang desa, kamu tetap menjadi kembang yang mekar di pohon hatiku
  15. Di hatiku selalu tersedia sabuk pengaman agar kamu tidak jatuh ke hati yang lain
Maaf yaaa kalo menjijikkan -____-“

Wednesday, December 8, 2010

Sahabat

Jarum pendek jam tangan Risa telah menunjuk ke angka 6 dan kedudukan matahari mulai tergeser oleh bulan, tetapi sosok yang Risa tunggu-tunggu belum juga terlihat. Kira-kira, sudah 2 jam ia menempati bangku di taman, sejak keadaan taman masih ramai hingga kini tinggal ia seorang. Risa sudah tak sabar lagi menunggu, akhirnya ia memutuskan untuk pulang. Tiba-tiba seseorang mengagetkannya, “DOOORR!”. Risa sampai terloncat karena terkejut. Ternyata orang itu adalah Bayu, sahabat kecilnya sekaligus sosok yang ia tunggu-tunggu sejak tadi.
“Lama sekali kamu, sudah seperti orang tak waras aku duduk sendirian di sini” omel Risa.
“Maaf, tadi aku sempat tersasar karena salah naik bis, aku agak lupa jalanan di Bandung ini” sesal Bayu.
“Wuih, sudah tinggal di Amerika, lalu sekarang kau lupa sama kampung halaman sendiri” sindir Risa.
“Bukan begitu, maklum sajalah, aku sudah 10 tahun meninggalkan kota Bandung, tentunya jalanan di sini sudah banyak berubah” sanggah Bayu.
“Hmm, baiklah kali ini kumaafkan, lain kali kalau hal ini terulang lagi, aku tidak mau bertemu kau lagi” kata Risa.
“Hahaha, ternyata sikapmu tak banyak berubah, masih seperti 10 tahun yang lalu, aku kangeeeeen kamu banget deh hehe” kata Bayu.
“Ah kalau kau pasti sikap isengmu itu ga akan pernah berubah sampai akhir zaman” kata Risa.
“Sudahlah, ga baik kita bertengkar di sini, katanya kita mau ke pasar malam alun-alun, kalo kamu ajak aku berantem sekarang, nanti keburu tutup lagi pasarnya” oceh Bayu.
Kemudian, Bayu dan Risa beranjak menuju ke pasar malam di alun-alun kota Bandung yang lokasinya tidak jauh dari taman tempat mereka bertemu tadi. Sesampainya di sana, tempat tersebut ramai sekali. Mereka berkeliling membeli berbagai macam makanan, menaiki komedi putar, bianglala, dan berbagai fasilitas yang disediakan di sana. Saking senangnya bermain di pasar malam, Risa telah lupa akan kekesalannya tadi sore.
Saat mereka sedang mengobrol di depan penjual gulali, Risa merasa kantong celananya dirogoh orang dan ternyata benar, ada seorang laki-laki di belakangnya sedang mencoba mencopet dompetnya. Karena tertangkap basah, pencopet tersebut segera lari kabur ke kerumunan orang banyak dan dompet Risa sudah raib diambil sang pencopet. Tanpa pikir panjang, Risa bangun dan mengejar pencopet itu diikuti oleh Bayu. Risa yang merupakan pemegang sabuk hitam karate dapat mengejar pencopet itu, tetapi Risa kehilangan jejaknya di kerumunan orang. Risa mulai merasa putus asa, dia tidak menemukan pencopet itu di mana-mana. Tiba-tiba terdengar gemerincing kaleng-kaleng berjatuhan, lalu Bayu berteriak sambil menunjuk ke arah gemerincing tadi, "Risa! Itu di sana copetnya." Rupanya, pencopet itu menabrak dagangan penjual barang daur ulang. Dengan tangkasnya mereka segara berlari lagi mengejar sang pencopet hingga keluar dari area pasar malam dan memasuki sebuah jalan kecil yang gelap.
"Hahaha, aku tau gang ini buntu, tak bisa lari kau copet laknat!" Ejek Risa.
"Ris...sepertinya kita terjebak, copet itu membawa kita ke sarangnya dan mereka adalah preman-preman bersenjata yang ga segan-segan melukai bahkan membunuh korbannya" kata Bayu setengah berbisik.
"Hei Ben, gua tau lu emang anak buah gua yang paling hebat, gua suruh lu nyuri duit balik-balik bawa gadis cantik buat mainan kita malam ini." Kata seseorang bertubuh paling besar yang diduga sebagai pemimpin gerombolan pencopet ini, disusul dengan suara tawanya yang menggelegar.
"Ah bos, gua lagi hoki aja ini bocah dua pada ngintilin gua, ngomong-ngomong ayo serbu aja langsung." Ujar Bendot yang mencopet dompet Risa.
Risa langsung memasang kuda-kudanya, begitu juga Bayu mengambil ancang-ancang jika tiba-tiba mereka diserang. Benar saja, para pencopet yang berjumlah kurang lebih 5 orang itu berlari ke arah Risa dan Bayu, mereka mencoba menangkap Risa dan memukuli Bayu seperti gerombolan massa yang menyerang secara membabi buta. Walaupun begitu, dengan ilmu karate cukup tinggi yang telah Risa kuasai, satu per satu dari mereka berjatuhan. Tak lebih dari 15 menit, semua pencopet itu telah terkapar pingsan. Namun tanpa Risa sadari, dari belakangnya sang pemimpin copet berlari mengarahkan sebilah pisau dan akan menusukkannya ke arah Risa. Bayu rupanya melihat gerakan pencopet itu dan dengan sigap mencoba menghalanginya.
“Aaaaaaaaarrgh!” teriakan Risa terdengar kencang sekali. Cairan merah menetes keluar dari perut Bayu, pisau sang pencopet telah menusuk perutnya. Risa segera berlari ke arah Bayu tanpa peduli dengan adanya pencopet berpisau yang sewaktu-waktu dapat menusuknya juga. “Bayu, perutmu tertusuk, kau harus bertahan, aku akan segera mencari bantuan.” Ujar Risa sembari merobek kaosnya untuk menutup luka Bayu sementara. Untung Risa selalu menggunakan jaket ke manapun ia pergi, sehingga tubuhnya tetap tertutupi walaupun sekarang setengah dari kaosnya telah ia robek. Sang pemimpin copet telah melarikan diri karena takut dikeroyok orang-orang yang berdatangan akibat mendengar suara teriakan Risa. Sedangkan anak buahnya yang terkapar pingsan segera dibawa warga untuk diserahkan kepada pihak kepolisian. Mobil ambulans siaga yang berjaga di area pasar malam datang tak lebih dari 5 menit kemudian dan segera mengangkut Bayu ke rumah sakit terdekat.
Di ruang rawat inap Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, sosok Bayu belum juga terbangun dari komanya sejak kejadian 3 hari yang lalu. Risa dan orang tua Bayu bergantian menjaga Bayu kalau tiba-tiba Bayu sadar. Risa selalu menjaga Bayu setiap siang hingga sore sehabis pulang sekolah. Risa sangat terpukul sekaligus bersalah atas kejadian itu, dia berpikir bahwa dialah penyebab komanya Bayu.
“Bayu, kau kapan sadar? Aku minta maaf karena aku, sekarang kau terbaring di sini. Aku tau kadang kau memang mengesalkan sehingga membuatku marah. Tapi, sebenarnya aku tak pernah sekalipun marah beneran sama kau. Kau ini sahabat terbaikku, aku tak mau kehilangan kau. Kau baru pulang dari Amerika setelah 10 tahun kita tak bertemu, aku ingin mendengar cerita banyak dari kau. Bangunlah Bayu! Kalau kau bangun nanti aku adalah orang pertama yang akan memarahimu karena kau koma terlalu lama, maka cepatlah sadar hey Bayu.”
Tiba-tiba terdengar erangan dari mulut Bayu dan matanya pun perlahan-lahan terbuka.
“Bayuuuuuu! Kau sadar, kau memang selalu bangun kalau sudah kuomeli! Akan kutelpon papa dan mamamu kalau kau sudah sadar!” serbu Risa.
Kemudian Risa menelpon orang tua Bayu dan mereka segera datang ke tempat Bayu dirawat. Saking bahagianya melihat anaknya telah sadar, mereka mengabaikan kehadiran Risa sampai Bayu menanyakan Risa karena aia ingin berbicara dengannya. Kemudian Risa datang menghampiri Bayu.
“Hey Risa, apa kabarmu? Apa kamu baik-baik saja? Pencopet itu tidak mencederaimu kan?” Tanya Bayu.
“Kau bodoh Bayu! Kenapa kau mengorbankan diri kau? Biar saja copet itu menusuk diriku sehingga kau tidak menderita sekarang” omel Risa.
“Sudahlah, yang penting kan tidak ada yang meninggal di antara kita. Mungkin memang sudah jalanku harus tertusuk pisau di pasar malam, hahaha” canda Bayu.
“Bisa-bisanya kau bercanda saat sekarat begini, kalau kau mati saat itu, aku bakal kehilangan sahabat seperti kau” ujar Risa.
“Yang penting aku hidup sekarang daripada aku harus melihatmu yang sekarat. Itulah gunanya sahabat, harus saling melindungi. Mungkin sekarang giliranku melindungimu, di lain hari kamu yang melindungiku dan begitu seterusnya. Ngomong-ngomong dompetmu ga jadi dicopet kan?” tanya Bayu.
“Oh iya! Mati aku, setelah mendapatkan dompetku kembali karena panic melihat kau berdarah-darah, lalu aku tinggalkan di jalan sempit itu. Ah tau begini jalannya dari awal tak usah kukejarlah copet itu. Menyusahkan semua orang saja” sesal Risa.
“Setidaknya kita berhasil menangkap gerombolan preman yang meresahkan warga Bandung, keren kan?” canda Bayu.
“Ah kau ini bisa saja” ujar Risa sembari menjitak kepala Bayu. Kemudian, kedua sahabat itu tertawa bahagia.