Saturday, July 24, 2010

Surat Cinta Papa untuk Mama

Baru aja gue, mama, sama adek gue lagi buka-buka album kenangan, terus di situ ada koran-koran dan majalah yang menuliskan tentang papa dan mama. Di salah satu majalah, namanya Ayahbunda edisi tanggal 11-24 Februari 1995 dalam rubrik Lomba Karya Tulis Surat Suami kepada Istri, ada surat cinta papa buat mama. Kira-kira isinya begini:



Dear Tattys, istriku tercinta

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Ini merupakan Surat Cintaku yang kedua untukmu. Masih ingat Surat Cinta yang pertama dulu? Surat yang aku kirimkan secara rahasia melalui kurir yang harus menerobos "isolasi" pingitan ekstra sehari menjelang pernikahan kita. Surat itu aku buat secara mendadak ketika rasa rinduku tidak bisa diajak kompromi lagi untuk bertemu denganmu sementara larangan pingitan sialan itu tidak memperkenankan kita untuk berjumpa, bahkan untuk sekadar berbicara melalui telepon.

Waktu menulis surat yang pertama itu aku sempat berpikir, kenapa kita sudah hampir menikah belum pernah sekalipun saling berkirim surat. Memang, jangka waktu pacaran kita sangat pendek (tapi intensif, ya?) dan sekalipun kau waktu itu tinggal di Bandung dan aku di Jakarta, hubungan kita melalui telepon berlangsung terus tiap hari (apa boleh buat bila kantorku terpaksa berpartisipasi dalam urusan cinta kita, khususnya dalam hal pulsa
telepon).


Setelah hampir dua tahun menikah dan telah lahir permata hati kita yang cantik itu, sementara saat ini kamu di kantor dan aku sedang cuti di rumah, kutulis surat ini. Sengaja aku pakai kata ganti Aku dan Kau, bukan Mama atau Sayang biar ada nuansa baru. Okey?

Ternyata lumayan enak menikmati cuti di rumah, aku bisa seharian bermain-main dengan Karuni. Sayangnya banyak rencana yang sudah aku buat saat akan mengambil cuti seperti menanam pohon, membuat kolam ikan dan merapikan buku-buku jadi berantakan gara-gara setiap kali Karuni bangun, minta susu, ngajak bercanda, ngompol atau nangis. Ternyata momong itu melelahkan, ya? Bahkan lebih capek dibandingkan kerja di kantor. Kalau di kantor, aku bisa bekerja agak sembarangan sekalipun aku hadapi peralatan-peralatan canggih yang sensitif tapi tentu tidak dalam merawat Karuni. Kita tidak ingin ia sakit atau luka biar seujung rambut sekalipun.

Masih ingat mie instant hasil masakanku kemarin? Kau bilang enak dan aku berbakat untuk masak. Aku jadi bangga lho. Ternyata masak itu butuh energi yang banyak juga, ya? Semula aku berpikir, masak mie tinggal... sreng-sreng, deh! ... eh enggak tahunya masih harus cuci panci, wajan, piring, sendok, bersihkan kompor, belum lagi garam yang tumpah berhamburan.

Yang sebel lagi pada hari Selasa kemarin. Ketika karuni tidur, aku juga tertidur pulas, enggak tahunya hujan turun. Basah deh seluruh jemuran pakaian, terpaksa pakaian yang mestinya sudah kering itu dicuci lagi.


Tattys sayang,
Setelah "menikmati" cuti, rasanya ada pemahaman baru yang selama ini tak pernah aku pikirkan secara serius, yaitu bahwa menjadi wanita apalagi ibu rumah tangga itu berat. Bagaimana berat dan repotnya, tentu kamu lebih mengetahui. Hanya yang aku heran, kenapa masih ada anggapan, termasuk dari kalangan wanita sendiri, kalau wanita itu lemah. Bayangkan, dari pagi hingga malam ada saja yang harus dikerjakan tapi mereka tetap bisa selalu tampil segar dan bertenaga, staminanya untuk bekerja sungguh luar biasa. Bandingkan dengan lelaki yang kebanyakan sudah loyo sepulang dari kantor (tentu saja aku tidak termasuk, dong).

Rasanya aku boleh berbangga dan bersyukur mempunya istri dirimu, selain cantik dan cerdas kau juga kuat dan segar.


Soen sayang untukmu juga Karuni.

Hudha



Gue ga pernah nyangka papa bisa sweet juga, soalnya yang gue tau papa itu orangnya cuek tapi ternyata di dalamnya punya sisi romantisme yang ga bisa ditunjukkannya melalui perilaku, lebih ke tulisan. Mungkin ini yang diturunkan papa buat gue. Karena gue juga ga terlalu bisa mengungkapkan sesuatu secara langsung kecuali lewat tulisan. Love you papa... Kita bakal bikin papa bangga, walaupun papa udah ga di sini, semoga papa tau aku sayang papa. -Karuni-

Friday, July 23, 2010

Galau

Hai semua gatau kenapa nih hari ini gue cuma mau numpahin perasaan gue aja, ga mau ngepost sesuatu yang sedikit bermanfaat. Hari ini gue galau banget yang ga mungkin gue tulis penyebabnya apa takut ada pihak-pihak yang kurang senang atau gimana-gimana deh.

Tapi beneran deh galaunya lagi maksimal banget, gue pengen teriak-teriak di twitter, plurk dsb tapi takut ada yang ga suka, gue takut dibilang berlebihan. Apalagi penyebab galaunya gue sesuatu yang ga penting banget, sepele, aduh ece-ece apalah itu, gue ngerasa payah banget, masa cuma karena ini gue bisa galau, ga penting banget. Gue ngerasa aaaaaaaaaaaa tau deh gatau mau ngomong apa lagi. Udah yaaa mau ngerayain ulangtahunnya wiwid sekarang.

Tuesday, July 6, 2010

Hati Seorang Ibu

Halo semua
Gue nemuin sedikit penggalan dialog di sebuah novel yang sedang gua baca sekarang. Judulnya "Halo, Aku Dalam Novel" karangan Nuril Basri. Sebenernya penggalan dialog ini bukan inti cerita, tapi gue suka banget kata-kata ini. Ini adalah kata-kata dari seorang wanita yang tengah mengandung anaknya.


"Ya, di dalamnya ada anakku," ujar Brenda sambil mengelus-elus perutnya lagi. "Aku sangat bahagia. Lihat... kalian tahu, kan... aku membawa-bawanya hampir selama delapan bulan ini. Sangat berat, tapi aku gembira." Brenda berhenti sebentar. "Aku tidak peduli mungkin saat dewasa dan seumur kita nanti dia bakalan menjadi bandel dan membenciku. Dia mungkin akan memakiku dan marah-marah padaku. Aku juga mungkin akan mengatur-ngaturnya dan banyak mengomelinya. Aku bahkan mungkin akan memukulnya." Brenda memandang perutnya itu dengan tatapan dan senyum. "Tapi, aku tidak peduli. Aku akan melahirkannya dengan selamat. Aku akan berjuang dengan mati-matian supaya dia bisa melihat dunia ini. Saat dia lahir nanti, aku akan gembira dan akan sangat menyayanginya.... Aku bahagia karena dia adalah bagian hidup dan matiku." Brenda akhirnya berhenti bicara. "Dia harus tahu kalau aku menyayanginya."


Mungkin itu yang ada di dalam pikiran ibu kita saat sedang mengandung kita. Kita ga sadar sekarang kalau dulu orangtua kita sangat mengaharapkan kelahiran kita. Mereka sangat bahagia. Walaupun kadang ibu kita sangat cerewet, sebenernya mereka hanya ingin yang terbaik buat kita.

Thursday, July 1, 2010

Indonesiaku, Tanah Airku


Kali ini gue mau nge-post tentang sesuatu yang agak sotoy tapi ini emang pandangan gue tentang Indonesia. Negara Indonesia udah berdiri sejak tahun 1945, sekarang udah tahun 2010 dan pada tanggal 17 Agustus nanti, Indonesia bakal berumur 65 tahun. Udah cukup tua lah umurnya, kalo manusia messtinya udah punya cucu. Tapi kenapa ya kok negara ini belum terlihat cukup maju, daridulu berkembang terus, mau sampai kiamat apa begini.

Kalo gue ngeliat berita, kayanya ini negara ribet banget, semua masalah diambil pusing. Bahkan hal sepele pun dipermasalahkan. Menurut gue, hukum di negara ini kurang konsisten, ga ngerti salahnya di mana karena gue bukan orang hukum, hanya anak SMA yang belum tau banyak hal. Tapi ngeliat manipulasi di sana-sini, main belakang dan lain-lain, orang jujur tinggal sedikit. Mereka ga liat dari hati, mungkin kalo ga ada koruptor atau yang sejenisnya, Indonesia bakal semaju Jepang. Jujur aja orang Indonesia itu termasuk orang-orang egois yang lebih mementingkan diri-sendiri. Oke, gue ga akan bahas tentang pemerintahan karena gue ga ngerti apa-apa tentang itu daripada dibilang sok tau.

Sebenernya yang pengen gue sampaikan itu pendapat tentang rakyat Indonesia. Sebagai rakyat, kita diberi hak untuk menyampaikan pendapat atau hak untuk berdemokrasi. Tapi gue rasa demokrasi di Indonesia itu udah berlebihan. Orang Indonesia itu terlalu banyak mau tapi ga ada usaha buat nyoba dulu buat mewujudkan sendiri. Kayanya semua masalah dibebankan untuk pemerintah. Kalau pemerintah membuat peraturan atau undang-undang baru diprotes karena itu ga sesuai dengan kehendak kita. Kadang ga semua keinginan kita bakal terwujud, bisa aja kita coba dulu mengikuti peraturan itu tanpa protes, lah ini belum dirasain udah protes duluan. Sadar ga sih, peraturan dibuat kan buat menertibkan kita, kalo peraturan ga ada mau apa hidup asal-asalan ga punya pedoman.

Masalah pemimpin, seorang pemimpin itu adalah orang yang bisa dijadikan panutan, bijaksana, dan dapat memberi keputusan sesuai pendapat rakyat. Pendapat rakyat kan beda-beda, para wakil rakyat mesti bisa milih mana yang terbaik, lalu kalo ada pendapat yang ga kepilih mungkin itu emang ga cocok, jangan terus kalo ga disetujuin malah demo, protes, harus terima apapun keputusannya. Terus juga, kalo pemimpin ngelakuin kesalahan, jangan terus diprotes, dia juga manusia, manusia ga luput dari salah kok.

Intinya, mau apapun bentuk negara kita, sistem pemerintahan seperti apapun, keadaan apapun, asal rakyat bisa kompak sama pemerintah, gue rasa Indonesia akan lebih cepet maju. Ayo maju Indonesia ku :)